Aku terlahir dari keluarga yang lengkap dan normal, satu ibu dan satu ayah. Sayangnya itu hanya bertahan sampai aku ber usia 3 tahun dan harus menerima keputusan kedua orang tuaku yang meresmikan perceraian. Andai bisa protes, aku pasti akan protes, tapi sayangnya saat itu aku hanya se-ekor bayi berusia 3 tahun.
Setelah perceraian itu berlalu, aku harus kehilangan sosok ibu dan tinggal bersama ayah dan keluarga yang lain. Nenek dan Kakek beserta tante dari ayah.
Tak bertahan lama, aku juga harus kehilangan ayah untuk kurun waktu yang cukup panjang karena harus merantau jauh mencari suapan - suapan nasi dan nafkah untuk mencukupi kebutuhan hidupku dan beliau sendiri.
Semenjak itu aku di asuh oleh kakek dan nenek yang sangat menyayangiku karena aku adalah satu - satunya dan juga cucu pertamanya sebelum kelahiran cucu - cucu yang lain dan posisiku sebagai cucu kesayangan mulai tergusur seperti saat ini.
Inilah aku, seorang anak dengan didik'an spesial tanpa kedua orang tua yang harusnya selalu ada disampingku untuk menyayangi dan menemani tidur nyenyakku.
Alam dan segala kejadian natural yang aku alami mengajarkanku bagaimana cara bersyukur atas semua nikmat yang aku miliki. Aku selalu yakin di luar sana masih banyak anak - anak lain yang lebih bernasip buruk dan jauh lebih tegar di banding denganku, aku tidak mau kalah dengan mereka.
Setelah beberapa tahun merantau, ayah pulang dengan kulitnya yang hitam dan gosong, mungkin di negeri rantau sana beliau sangat giat bekerja. Hari itu ayah juga membawa oleh - oleh spesial yang tak pernah aku bayangkan namun sangat aku syukuri kedatangannya hari ini. Seorang perempuan cantik dan beliau menyuruhku untuk memanggilnya "IBU". Yes, hari ini aku punya ibu dan ayah !
Semua berjalan dengan lancar, aku bahagia bisa memanggil IBU kepada seseorang walau bukan benar - benar ibuku. Aku juga bahagia melihat ayah bisa tersenyum bahagia dan sesering mungkin berkumpul dan menemani mereka bercanda.
Beberapa tahun setelah kehamilan ibu yang semakin membesar, alhamdulillah ibu melahirkan sosok bayi lucu untukku, dialah adikku satu - satunya. Walau berbeda ibu, aku sangat menyayanginya.
Namun semakin lama setelah kehadiran adik lucu, ternyata segalanya seakan berubah tanpa rencana layaknya langit cerah tanpa awan hitam seketika menurunkan hujan yang sangat lebat.
Kecemburuan semakin menjadi, ayah harus meluangkan waktu untuk menafkahi dan menemani ibu sebagai suami yang baik, juga harus merawat adik yang jauh lebih belia di banding denganku. Sementara IBU juga terus memanjakan adik kecil dan harus merawatnya setiap waktu.
Aku hanya mendapat sisa - sisa waktu yang masih tersedia, itupun kadang - kadang. Tapi aku bisa mengerti bahwa aku sudah beranjak remaja dan bisa merawat diriku sendiri. Dan juga ada nenek kakek.
Realita ini memang terasa pahit. Ketika aku melihat teman - teman bersama keluarga mereka yang serba lengkap, rasanya dada ini di tabuh puluhan penabuh beduk adzan dzuhur, sangat sakit. Tapi apalah gunanya selalu melihat ke atas, karena juga ada temanku yang kurang beruntung dan harus kehilangan kedua orang tuanya saat kecil dan hanya tinggal di panti asuhan.
Hanya dengan merunduk dan melihat ke bawah menjadi cara yang paling ampuh untuk mengurangi rasa nyeri dari dalam dadaku ini.
Tapi aku juga sadar bahwa di dalam hal buruk apapun di dunia ini pasti juga terdapat sisi positif jika kita mau mencarinya. Aku sesering mungkin memberi sugesti pada diriku sendiri agar tetap bersyukur dengan semua yang aku punya dan aku jalani.
Aku menganggap diriku adalah salah satu dari segelintir orang beruntung di dunia ini, bisa mendapat didikan yang membuatku mandiri dan tangguh.
Sugesti itu yang sering aku ulang untuk menyembuhkan resah ketika aku merasa iri dengan nasibku sendiri.
Aku yakin, takdir tidak akan pernah salah dan tuhan akan selalu adil dengan caranya sendiri, Alhamdulillah, sampai detik ini aku masih bisa bernafas dan bercerita tentang kisah ini :)
Jangan sia - siakan kedua orang tua kalian teman :)
