Kisah Mimin, Sahabatku . . .

Tanganku terlalu bosan melakukan keseharian yang sangat menjijikkan ini. Menulis atau menyalin semua tulisan guruku di papan hitam yang amat lebar. Aku sangat tidak menyukai aktivitas membosankan ini ! Lebih baik aku bermain game dan menyelesaikan semua misi Red Alertku ( game perang favoritku ).

Kapan bel pulang akan berbunyi ? Aku sudah tidak sabar untuk pulang dan segera meminta jatah harianku kepada ayah dan segera beranjak menuju mall dan nongkrong bersama teman - teman yang lain.

Itulah keseharianku yang sangat menggairahkan dan tak pernah aku lewatkan kecuali aku sakit.

Ayahku seorang DPR, aku bangga padanya, karena penghasilan yang dia raup setiap hari mampu membuatku menjadi orang yang sangat beruntung dan mampu membelikanku motor sport warna merah "Ninja Sayang". Dan motor inilah yang membuatku bisa mendapatkan perempuan yang paling di idam - idamkan masyarakat satu sekolah, "Neni" love you more sayang.

Sangat beda dengan teman sebangkuku, dia sangat bergairah untuk belajar dan terus menyerap ilmu yang di berikan para guru. Namanya "mimin" sosok seorang pekerja keras, sama seperti ayahnya yang tiap hari terus menerus mengkayuh pedal becaknya untuk mencukupi kebutuhan keliuarga.

Mimin adalah bintang kelas, dia selalu menjadi juara satu di sekolah ini, sungguh imbalan yang pantas bagi seorang sosok pekerja keras dan tekun seperti mimin.

Aku dan mimin bersahabat semanjak pertama kali kita masuk ke sekolah ini. Aku sangat senang bisa mempunyai sahabat seperti mimin, meskipun aku sering ber malas - malasan, aku tidak pernah khawatir karena mimin pasti akan selalu membagi jawaban ujiannya dengan senyum khasnya kepadaku.

Karena mimin lah nilai ujianku selalu bagus dan kadang kala mendapat juara dua atau tiga, karena mimin juga, ayah tidak pernah mengurangi jatahku sepulang sekolah untuk pergi nongkrong di mall.

Mimin tidak pernah iri dengan keberuntunganku ini. Harta, tahta, dan wanita tidak pernah menggoyahkan kependiriannya untuk tetap mensyukuri segala yang dia punya dan segala yang ada di dunia ini. Mimin memang sahabatku yang sangat istimewa.

Saat ini, aku telah berhasil masuk ke perguruan tinggi yang cukup terkenal di indonesia, Unversitas Indonesia Jurusan Ekonomi. Entah bagaimana caranya ayah memasukkan aku ke kampus ini tanpa adanya hambatan yang berarti. Aku hanya bersantai dan seketika menerima kabar bahwa aku sudah resmi menjadi mahasiswa UI.

Dan hari ini juga aku mendengar kabar tentang mimin. Saat ini dia menggantikan ayahnya menarik becak, karena ayahnya sudah terlalu tua dan mulai sakit - sakitan. Beberapa bulan yang lalu dia harus menerima nasibnya yang kurang begitu baik, dia harus pasrah menerima ijazah paket C.

Aku selalu bangga kepadanya, Ujian Nasional yang diselenggarakan beberapa bulan yang lalu, adalah moment yang paling dia tunggu - tunggu. Moment yang dia eluh - eluhkan semanjak masuk SMA.

Semenjak berita tentang Ujian Nasional yang akan di selenggarakan pada minggu depan, dan dengan sistem yang amat rumit, dia terus belajar guna mempersiapkan segalanya. Beda jauh denganku yang tidak begitu tegang karena aku sudah membeli bocoran soal, dan aku merasa terjamin.

Dan realita yang aku alami saat ini seakan menampar mukaku amat keras dan membuatku sadar bahwa semua ini tidak adil. Betapa buruknya diriku ?

Selama ini yang bekerja keras dan tekun belajar adalah mimin, karena aku hanya bersantai dan dengan segala kemunafikan mendapat predikat anak pintar dengan bantuan jawaban yang mimin berikan. Tapi hari ini, orang yang sangat amat aku ketahui betapa besar potensi yang dimiliki, mimin harus rela menjadi seorang tukang becak. Dan aku sendiri yang selama ini hanya menjadi benalu malas malah masuk ke Universitas Indonesia tanpa hambatan apapun.

Ya tuhan, betapa buruknya diriku ini. Mana keadilan untuk mimin ?

Waktu terus berputar dan mimin tidak akan kembali ke masa lalu dan memilih untuk membeli bocoran ujian soal agar ujian nasional ini tidak membunuh hasil yang harusnya dia dapat. KELULUSAN. Tapi jika mimin juga membeli bocoran, lalu siapa yang akan berjujur ? Lantas apa arti lulus dengan kebohongan ?

Lantas, jika seperti ini apa UJIAN NASIONAL masih layak untuk di ujikan ? Berikan komentar.

 

Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini, saya hanyalah seorang penulis yang masih belajar, kritik dan saran sangat saya butuhkan agar saya bisa terus bersemangat untuk menulis dan menciptakan karya – karya yang lain.

Tolong berikan komentar Smile